garang bergumam

|



auman garang tertatap malang jadi sekedar hangus arang,,
lau pilu mata tajam karena dunia tak masih beradu senyum di langit biru,,
Kau ku tungggu tuk teteskan warna agar tak jadi legam..
dimana Engkau??

dan masih tak lelah menatap celah langit,
sedikit cahaya berontak tembus celahnya,
seperti sayatan tipis pisau kilau di antara ruang bumi,
sayang hanya sekejap,
lalu jadi mendung,
dan gelaap kembali,
menunggu langit runtuh,

dan masih sayu dalam hati meski sorot mata tak pernah layu,
giras bergumam ntah tentang apa dia berucap,
menengadah dalam ruangan tak bernama,
mana cahaya yang kemarin ku lihat??

malam

|

malam adalah cara mengajariku kesetiaan,
langit tetap gulita di atas meski rembulan tuang cahaya di bawah.
malam adalah cara mengenalkanku akan keyakinan,
bintang bercahaya kerlip setitik tuk yakin jadi terang meski hanya sekedar hiias.
malam adalah cara membisikan padaku tentang kearifan,
dinginya jadi pesan tuk rebahkan lelah dan jemput mimpi indah

sisa

|
masih ada bintang, indahkah? 
masih kerlip sejak ku tak tau bagaimana cara menikmatinya hingga aku tau bagaimana harus menangkap indahnya dalam aksara mata dan bahasa..
hingga takk bercahaya, lalu redup dan hanya sisa langit merah mendung membara..

mungkin

|
takdir?
mungkin, setelah semua yang terjadi.
dan akhirnya hanya seperti embun yang jatuh tanpa membiarkan daun takk rela.
seperti hujan turun deras tanpa memalingkan percikya pada langit.
hanya tercium bau tanah yang dipaksa basah oleh genangnya,

takdir?
mungkin, dunia berputar dan karma berbalik
kini si perkasa resah oleh layunya mawar merah,
tak semerbak dan sisakan duri tertancap di tanah,
lalu paksa tuk injak dan sakit yang dirasa,