terbelenggu oleh senyap nikmat malam
bawa sejuta angan bungkuskan kebisingan hati
bermuram durja penyamun sajak kehabisan makna tuk sampaikan do'a
tatapan pada Nya sampaikan yang tak mampu dia hamburkan dari bibir dan dada
hanya tetes embun dari mata dan getar layu bibirnya tuk yang t'lah diciptakan Nya sebagai hamba terindah dalam jasad wanita
dan masih berbisik aku untuknya, sekedar alfatihah
agar dia bahagia
agar hidupnya terarah
agar tak habis tawanya
agar tak sesak hatinya oleh amarah
tak cukupkah
D E A R
tak cukupkah dengan kata
tak cukupkah dengan sajak
tak cukupkah dengan diam
hingga ku tak tau dengan apa ku lontarkan
cukuplah ! pinta harap terkecilkupun tak kau tepati
dan kenapa otakku masih merontah
ingin ku benturkan.. !
be my self !!
tak cukupkah dengan kata
tak cukupkah dengan sajak
tak cukupkah dengan diam
hingga ku tak tau dengan apa ku lontarkan
cukuplah ! pinta harap terkecilkupun tak kau tepati
dan kenapa otakku masih merontah
ingin ku benturkan.. !
be my self !!
kumaknai tetesnya
tersandar anganku riuh oleh deras hujan di seberang sana
memberi basah pada tanah buat sejuk tuk menghela
lalu kumaknai tetesnya dilangit
mengajarkan kita keikhlasan
bahwa langit tetap rela lunturkan hujan meski hars merah padam
rintiknya pun rela jatuh terhempas tuk ciptakan embun di tiap percik
ajarkan ku bersabar
bagai rembulan yang enggan bersinar tuk reda hujan
bagai tanah yg harus berikan harumnya pada tiap tetes
dan aku makin terjebak
oleh butiranya
memberi basah pada tanah buat sejuk tuk menghela
lalu kumaknai tetesnya dilangit
mengajarkan kita keikhlasan
bahwa langit tetap rela lunturkan hujan meski hars merah padam
rintiknya pun rela jatuh terhempas tuk ciptakan embun di tiap percik
ajarkan ku bersabar
bagai rembulan yang enggan bersinar tuk reda hujan
bagai tanah yg harus berikan harumnya pada tiap tetes
dan aku makin terjebak
oleh butiranya
hujan januari jadi perantara
hujan di januari
tak reddam oleh sinar rembulan,
tak sirna oleh gemerlap bintang
berserak rindu pada tanah karena jatuh butirnya tak berizin,
bersama embun terbaur basah jadi perantara beningnya jiwa
bahwa Tuhan tak buta pada mimpi hambanya,
pada harap dan angan para pecinta
semoga turun rahman rahim Nya iringi malam untuk peri kecilnya
yangmasih raak terjaga hingga gulita beranjak selimuti sukma
dan aku masih menengadah agar Tuhan tetap dekap peri kecil Nya
dan jadikan pintaku alasan bagi Nya memberi senyuman dan kebahagiaan untuk nya..
tak reddam oleh sinar rembulan,
tak sirna oleh gemerlap bintang
berserak rindu pada tanah karena jatuh butirnya tak berizin,
bersama embun terbaur basah jadi perantara beningnya jiwa
bahwa Tuhan tak buta pada mimpi hambanya,
pada harap dan angan para pecinta
semoga turun rahman rahim Nya iringi malam untuk peri kecilnya
yangmasih raak terjaga hingga gulita beranjak selimuti sukma
dan aku masih menengadah agar Tuhan tetap dekap peri kecil Nya
dan jadikan pintaku alasan bagi Nya memberi senyuman dan kebahagiaan untuk nya..
tersenyum hari ini
harum pagi tembus tipis jendela kamarku
berikan pucukkehidupan baru tuk ku maknai hari ini
senja yang lalu t'lah hangus oleh mentari dini hari
sejuknya bercinta dengan kicauan burung-burung sambut pagi
Tuhan pemurah tak pernah bosan ciptakan hari
ku sajakkan bagaimana Tuhan tersenyum padaku
dan berikan taburan semngat tuk sapa duniaku
ku kan tersenyum tuk genggam mimpiku malam lalu
membuka mata
membuka jiwa
membuka hati
dan diri yang baru
berikan pucukkehidupan baru tuk ku maknai hari ini
senja yang lalu t'lah hangus oleh mentari dini hari
sejuknya bercinta dengan kicauan burung-burung sambut pagi
Tuhan pemurah tak pernah bosan ciptakan hari
ku sajakkan bagaimana Tuhan tersenyum padaku
dan berikan taburan semngat tuk sapa duniaku
ku kan tersenyum tuk genggam mimpiku malam lalu
membuka mata
membuka jiwa
membuka hati
dan diri yang baru
kau tak mampu baca air mata
kembali dengan gemuruh,
luluh hujan bisingkan udara pekak kan telinga
tegakkan rintik, rontahkan hati tanpa suara
teriakanku nyata meski tak bersua
tangisanku jadi tangis pilu lalu haru karena lelah
bahkan tak sekejap kau tau kutertunduk lesu padamu
malu karena pilu!
masih deras memeras resah basahkan gelisah
dan terduduk lelaki di kolog langit tadahkan mata
hamburkan airmata bercampur hujan turun dari senja
dan tak akan pernah bisa kau baca apa yang dia rasa
karena bahkan kau tak mampu sentuh air matanya
dan dera cintanya
luluh hujan bisingkan udara pekak kan telinga
tegakkan rintik, rontahkan hati tanpa suara
teriakanku nyata meski tak bersua
tangisanku jadi tangis pilu lalu haru karena lelah
bahkan tak sekejap kau tau kutertunduk lesu padamu
malu karena pilu!
masih deras memeras resah basahkan gelisah
dan terduduk lelaki di kolog langit tadahkan mata
hamburkan airmata bercampur hujan turun dari senja
dan tak akan pernah bisa kau baca apa yang dia rasa
karena bahkan kau tak mampu sentuh air matanya
dan dera cintanya
Subscribe to:
Posts (Atom)