Tuhan damaiakan malamu

|
redam malam bungkus kelam dengan tentram
tebarkan rindu pada malam yang tak kunjung padam
hamba berucap pada Tuhan yang Maha Penyayang
agar naungi engkau dengan damai dan kesahajaan
agar menjaga engkau engan ketenangan dalam petang
semoga engkau lelapkan diri dalam doa dan harapan
dan berikan engkau lebih banyak senyuman 
untuk esok yang penuh kebahagiaan

teriak aku tak tau

|
aku hengkang dari hedonis dunia
aku hijrah entah untuk apa
ingin sempurna
atau hanya agar di anggap dewa

tapi hati ini tak bisa bersua
saat hening akan ada teriakan pasrah
"aku ini apa!"
"aku ini siapa!"
"aku untuk apa!"

ramai jendela

|
ramai d luar jendela
gemericik hujan saling beradu
berebut menikam tanah tanpa padu
tak beraturan jadi gemuruh
namun mampu bangkitkan rindu
dan malamku enggan berlabuh...
enggan meneduh untuk mimpi
dan enggan terlelap untuk kasih...

masih dibawah petang

|
temaram malam semakin redam oleh purnama di bawah sang petang
enggan kelam meski hitam oleh sinar benderang sang rembulan
pantulkan cerah pancarkan kemuning di atas langit sang penikmat malam
buatnya enggan tuk suramkan pandang palingkan mata
indahnya makin indah dan tak pernah hilang
begitu indah...

mega khatulistiwa

|
bagai meraih mega di atas katulistiwa
mendungnya tutupi cahaya yang silau tuk ku lihat
meraba bagaimana bintang tak lagi benderang
aku buta oleh kemegahan paandangku pada semesta
Tuhan dekatkan aku pada sinar mega jingga itu
aku ingin buktikan pada semesta
sayapku mampu membentang lebih luas
harapku mampu melejit lebih cepat
dan hantamanku pada surya akan jadi lebih keras
maka tuntunlah hamba pada tiap celah cahaya Mu.

purnama

|
purnama..
memberi jarak cerah dan gelap pada semesta..
anggunnya memberi binar tak buat bunar..
bahkan indahnya tak pernah bosan tuangkan pada maalam..
berikan ruang pada penikmat tuk belenggu renungan..
dibalut lingkar sinar dibulat cahaya merona..
buat mata tak ingin pejam karena malam enggan sirna.

gadis

|
benderang rembulan tergelincir tak berizin pada gulita malam
menatap gadis di tepi langit buatnya tentram
mengundang senyum membungkus kagum
memaksa bintang berikan sinar meski sekedar binar
merayu malam tuk enggan hilang dan tak jadi usang
engkau gadis berhijab keindahan bercadarkan keanggunan
buat waktu seakan diam dan malam semakin panjang...

aku embun rintik

|

aku..
pecinta embun kala pagi sapa diri
perindu rintik ketika langit padamkan terik

embun..
meski berkilau namun tak menyilaukan
sejukkan dahan damaikan kehidupan

rintik..
tikam tanah percikkan kesahajaan
ajarkan diri tentang kebahagiaan

"Muhammad Badril Riza"

|



lembaran kehidupanku masih terbuka perlahan, jengkal demi jengkal tanah ku injak hingga ku menjadi seperti sekarang, sendiri dalam ruang yang kubangun dengan tinta dan sobekan sobekan kertas membuatku mulai suka dengan caraku memeluk kehidupan, meski sering tak di anggap, seperti pemuda yang berjalan di tikungan jalan di tengah kerumunan yang kemudian hilang dan tak dikenal.
namun layaknya senja yang terbenam di ufuk, maka mentari sombongkan cerahnya, dan langit jadi bijak berwarna biru tuk tepati janjinya pada semesta
langkahku pun semakin pongah, dan ruangku penuh dengan tinta emas, aku terlontar ke mega jingga
dan aku mulai kagum dengan namaku , “purnama di dalam gua”
aku merangkai cahaya demi cahaya demi sebuah anugerah yang sembunyi di balik kemegahan,,

kau penyempurna setengah agamaku

|


terbenam kasihku di ufuk manjamu
melampaui batas birahiku tuk jaga utuh auratmu
menyayangimu dengan doa dan kesetiaanku
lalu ku curahkan pada Tuhan
agar Dia yang menentukan
apakah kamu
yg di utus
sebagai amanahku..

dan ku masih menunggu
karena aku tak sempurna tanpamu

separuh agamaku ada padamu
hingga kau halal bagiku
tuk kulaksanakan perintah Nya
meminangmu...

doaku kemarin

|
terbelenggu oleh senyap nikmat malam
bawa sejuta angan bungkuskan kebisingan hati
bermuram durja penyamun sajak kehabisan makna tuk sampaikan do'a
tatapan pada Nya sampaikan yang tak mampu dia hamburkan dari bibir dan dada
hanya tetes embun dari mata dan getar layu bibirnya tuk yang t'lah diciptakan Nya sebagai hamba terindah dalam jasad wanita
dan masih berbisik aku untuknya, sekedar alfatihah
agar dia bahagia
agar hidupnya terarah
agar tak habis tawanya
agar tak sesak hatinya oleh amarah


tak cukupkah

|
D E A R

tak cukupkah dengan kata

tak cukupkah dengan sajak

tak cukupkah dengan diam

hingga ku tak tau dengan apa ku lontarkan

cukuplah ! pinta harap terkecilkupun tak kau tepati

dan kenapa otakku masih merontah

ingin ku benturkan.. !

be my self !!

kumaknai tetesnya

|
tersandar anganku riuh oleh deras hujan di seberang sana
memberi basah pada tanah buat sejuk tuk menghela
lalu kumaknai tetesnya dilangit
mengajarkan kita keikhlasan
bahwa langit tetap rela lunturkan hujan meski hars merah padam
rintiknya pun rela jatuh terhempas tuk ciptakan embun di tiap percik
ajarkan ku bersabar
bagai rembulan yang enggan bersinar tuk reda hujan
bagai tanah yg harus berikan harumnya pada tiap tetes
dan aku makin terjebak
oleh butiranya

hujan januari jadi perantara

|
hujan di januari
tak reddam oleh sinar rembulan,
tak sirna oleh gemerlap bintang
berserak rindu pada tanah karena jatuh butirnya tak berizin,
bersama embun terbaur basah jadi perantara beningnya jiwa
bahwa Tuhan tak buta pada mimpi hambanya,
pada harap dan angan para pecinta

semoga turun rahman rahim Nya iringi malam untuk peri kecilnya
yangmasih raak terjaga hingga gulita beranjak selimuti sukma
dan aku masih menengadah agar Tuhan tetap dekap peri kecil Nya
dan jadikan pintaku alasan bagi Nya memberi senyuman dan kebahagiaan untuk nya..

tersenyum hari ini

|
harum pagi tembus tipis jendela kamarku
berikan pucukkehidupan baru tuk ku maknai hari ini
senja yang lalu t'lah hangus oleh mentari dini hari
sejuknya bercinta dengan kicauan burung-burung sambut pagi
Tuhan pemurah tak pernah bosan ciptakan hari

ku sajakkan bagaimana Tuhan tersenyum padaku
dan berikan taburan semngat tuk sapa duniaku
ku kan tersenyum tuk genggam mimpiku malam lalu
membuka mata
membuka jiwa
membuka hati
dan diri yang baru

kau tak mampu baca air mata

|
kembali dengan gemuruh,
luluh hujan bisingkan udara pekak kan telinga
tegakkan rintik, rontahkan hati tanpa suara
teriakanku nyata meski tak bersua
tangisanku jadi tangis pilu lalu haru karena lelah
bahkan tak sekejap kau tau kutertunduk lesu padamu
malu karena pilu!
masih deras memeras resah basahkan gelisah
dan terduduk lelaki di kolog langit tadahkan mata
hamburkan airmata bercampur hujan turun dari senja
dan tak akan pernah bisa kau baca apa yang dia rasa
karena bahkan kau tak mampu sentuh air matanya
dan dera cintanya